Maraknya kasus tawuran di kalangan pelajar
SMA ibukota, tak mutlak menjadi kesalahan para siswanya. Faktor pendorong
terjadinya tawuran bisa disebabkan karena kurangnya pendidikan karakter di
lingkungan sekolah mereka.
Adalah Dedi Dwitagama mantan kepala sekolah
SMKN 29 Jakarta ini, diakui membawa pengaruh besar bagi prestasi SMAnya. Kini
Nama STM Penerbangan, tak lagi dikenal karena aksi anarkinya. Bagi Dedi kedekatan antara Siswa dan Guru dapat
mempengaruhi aktivitas siswa di luar sekolah.
Pendidikan tak
sebatas proses belajar mengajar dalam kelas, pendidikan tak hanya dinilai dari
hasil akademik seorang murid. Pendidikan di Indonesia masih menjadi persyaratan
utama dalam menentukan masa depan seorang manusia. Namun apakah pendidikan
menjamin seseorang dapat menjadi pribadi
yang memiliki karakter baik? dapat
menjadi pemimpin yang adil? dan diterima di tengah masyarakat?
Selain
belajar dalam hal akademis pembentukan karakter di sekolah juga tak bisa
dipandang sebelah mata. Peran Guru dan Sekolah dalam memgembangkan karakter
para muridnya harus lebih dioptimalkan.
Dedi
Dwitagama adalah sosok pendidik kelahiran jakarta 28 november 1964. Ia memiliki
cara tersendiri dalam mengambil perhatian anak didiknya, yaitu melalui berbagai
kegiatan ekstrakurikuler yang menarik
antara lain Paskibra, Flash Mob
dan Kelas Jurnalistik.
Dedi memulai
karirnya sebagai Guru Matematika SD. Perjalanan karir Dedi sebagai guru tak semudah yang ia bayangkan. Namun karena
keuletan dan kejujurannya Dedi pun dipercaya menjadi Kepala Sekolah di sekolah
menengah kejuruan di DKI Jakarta.
Dedi dianggap membawa Inovasi bagi sekolah yang
dipimpinnya. Seperti di SMKN 29 Jakarta
yang dulu disebut STM penerbangan. Dedi hanya 1 tahun menjabat sebagai
kepala sekolah di tempat ini. Namun berbagai prestasi gemilang yang membawa
nama sekolah berhasil ia dapatkan.
Bagi Dedi
pendidikan di indonesia saat ini hanya fokus pada pendidikan akademis,
kurangnya pendekatan antara guru dan murid serta kurangnya kesempatan
mengembangkan potensi diri, hal tersebut dapat memicu pelajar melakukan Aksi Tawuran.
Pembentukan
karakter bagi para muridnya perlu dilakukan agar kedepannya bibit-bibit pemimpin
dapat tumbuh dalam diri anak.
Di zaman
semodern ini Guru dituntut untuk melek terhadap teknologi. Dedi pun
memanfaatkan media blog sebagai media edukasi sekaligus menyalurkan hobi
menulisnya. Dedi menekankan kepada siswa siswinya untuk rajin-rajin menuangkan
ide apapun kedalam bentuk tulisan.
Hobinya ini
tak disangka membawa Dedi menjadi pemenang kontes Guru Era Baru yang diadakan
salah satu merk laptop dunia.
Sikapnya yang tegas dalam membuat peraturan ternyata
tak membuat dedi ditakuti murid-muridnya.
Dimata stafnya Dedi dikenal karena pembawaannya
yang supel sehingga dapat dekat dengan murid-muridnya.
Menurut Dedi saat ini tingkat kesejahteraan Guru
sudah meningkat maka ia menyayangkan jika masih ada guru yang tidak memiliki
mental dan semangat yang tinggi dalam mengajar.
Menjadi
Guru bukanlah pekerjaan yang mudah walaupun embel-embel pahlawan tanpa tanda jasa
melekat di profesinya. guru diharapkan dapat terus mencetak bibit unggul yang
berakhlak baik dan berguna bagi nusa dan bangsa.
Cek Blog Beliau :
http://dedidwitagama.wordpress.com/author/dedidwitagama/
No comments:
Post a Comment